Kiat Menjadi Nasabah Bijak, Lindungi Diri Dari Kejahatan Siber
Hidup di zaman yang serba digital tentunya membuat kita lebih mudah dan praktis. Apalagi jika kita mempunyai akun media sosial baik itu Twitter, Facebook, Instagram, Telegram YouTube, WhatsApp, dan lain-lain yang kesemuanya bisa memudahkan komunikasi dengan orang lain walaupun terpisah jarak jauh.
Media sosial memegang peranan yang sangat penting dalam kebutuhan bersosialisasi dan komunikasi. Hanya dalam satu genggaman kita bisa melakukan apapun. Selain memudahkan komunikasi dengan orang yang terpisah jauh, memiliki media sosial membuat kita setidaknya jadi update terhadap situasi terkini.
Di dalam dunia media sosial, kita mengenal istilah posting. Tidak ada filter tertentu yang disediakan media sosial terkait konten yang kita unggah. Foto liburan, selfie, hingga sekedar bercerita tentang keseharian keluarga, dari sekolah anak, tempat les, bahkan tempat kerja. Dan merasa bangga jika banyaknya likes dan comments yang bakal membanjiri akun kita. Padahal itulah awal dari kejahatan siber.
Pastinya tidak semua hal boleh di-share di media sosialmu, apalagi menyangkut data pribadi, dan biasanya nih disebut dengan Oversharing istilah yang aku dapatkan dari penyuluh digital. Oversharing itu apa sih?
Berasal dari kata dasar overshare, yang berarti membagikan terlalu banyak informasi kepada orang lain, dalam hal ini, melalui social media. Informasi yang dimaksud bisa berupa foto, video, atau segala cerita mengenai kegiatan sehari-harimu.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa media sosial telah menjadi bagian besar dari keseharian, bahkan kehidupan kita. Dari situ kita bisa terus terkoneksi dengan keluarga, teman, bahkan selebriti atau orang-orang yang kita kagumi. Arus informasi pun bergerak bebas, karena semua orang bisa saling berbagi.
Namun, bila dimanfaatkan dengan kurang bijaksana, efeknya pun bisa berbalik berdampak negatif. Salah satunya, perilaku oversharing bisa mengancam masa depan dan keselamatan diri sendiri juga keluarga.
Dengan membagikan terlalu banyak info yang seharusnya menjadi privasimu, detail-detail kehidupanmu pun akan diketahui orang banyak. Bukan hanya teman atau followers-mu, karena sekali informasi diposting melalui media sosial, ada kemungkinan akan tersebar ke platform lain secara luas dan bisa dilihat oleh semua pengguna internet.
Kebetulan ini belajar dari kejadian temanku karena tabungannya lenyap tidak tersisa. Karena mendapatkan pesan whatsapp dalam bentuk link informasi yang seolah-olah dari website resmi BRI ini memberikan informasi kepada nasabahnya. Isi pesan dalam link tersebut memuat informasi tentang undian berhadiah dari BRI.
Temanku kemudian mengakses link tersebut dan mengisi aplikasi palsu Istilah perbankannya disebut Modus Typosite, mengisi data-data, termasuk nomor rekening, kemudian no kartu dan lain-lain. Setelah itu dihubungi dengan telepon seluler dan mengaku sebagai karyawan BRI. pada akhirnya tersadar bahwa uang ditabungannya sudah dikuras habis.
Yang membuat temanku yakin karena memang dia menjadi nasabah BRI. dan tidak tahu bahwa dirinya ditipu karena kelalaian sering memposting, kegiatan sehari-harinya termasuk. Saat dia menabung di BRI di share ke akun pribadi media sosialnya.
Dari sinilah kita harus belajar untuk menjadi nasabah bijak. boleh banget kita memberikan tips manfaat untuk hemat dengan menabung, tetapi jangan sampai mendetail dengan menunjukkan buku tabungan dan membuat story pergi ke Bank BRI. Tentu saja apa yang kita post setiap harinya menjadi kumpulan data bagi yang berniat jahat.
Jadi ada beberapa hal yang harus kita waspadai jangan sampai kita menjadi korban kejahatan siber, kita harus mulai bijak untuk bersosial media. Contoh dari oversharing yang umumnya sering kita temui dan tidak seharusnya dilakukan antara lain:
Jangan Asal Posting Konten
Sadari betul bahwa akun media sosial kita bisa dilihat secara publik, termasuk semua postingan di dalamnya. Oleh karena itu, kita harus lebih bijak dalam memilih konten-konten sebelum diunggah di media sosial. Meski pun platform media sosial saat ini punya fitur privasi yang bisa diatur, namun tidak ada salahnya menggunakan media sosial dengan lebih baik dan bermanfaat sehingga tidak menyinggung pihak lain.
Contoh :
- Posting foto berisi data pribadi seperti KTP, paspor, credit card, boarding pass, atau dokumen yang berisi data diri lainnya.
- Posting foto anak secara berlebihan, yang dapat membahayakan keselamatannya
- Selalu meng-update status berisi lokasi di mana dirimu berada, setiap saat.
- Posting hal-hal berisi status finansial pribadi. Baru gajian, dapat bonus, dapat arisan.
Tidak Perlu Detail Mencantumkan Informasi
Di era digital yang semakin canggih, semakin canggih pula kejahatan siber. Dalam akun media sosial, jangan pernah mencantumkan informasi pribadi yang detail karena kita tidak pernah tahu ancaman-ancaman apa yang sedang mengintai.
Seperti jangan pernah berikan kode OTP, jangan pernah memberikan data untuk transaksi seperti PIN, Password, Username, Nomor CVV/CVC, Nomor dan Tanggal Kadaluarsa Kartu ATM kepada siapa pun.
Bank mana pun tidak akan pernah meminta kode OTP, entah itu untuk keperluan administrasi atau lainnya. Kode OTP ialah One Time Password yang artinya mekanisme untuk masuk ke jaringan atau layanan dengan kata sandi unik yang hanya dapat digunakan satu kali saja, dan untuk diingat bahwa kode OTP tidak boleh dibagikan kepada siapa pun selain diri sendiri selaku pengguna.
Kejahatan siber dimulai dari kita yang lalai |
Selalu Waspada dan Jangan Langsung Percaya
Akan selalu ada banyak informasi atau orang-orang tidak bertanggung jawab di media sosial. Kalau sudah begini, kita harus mawas diri dalam menyaring informasi-informasi yang tersebar. Waspadai pula pengguna-pengguna tidak dikenal yang tiba-tiba mengirim pesan tanpa maksud dan tujuan yang jelas untuk mencegah terjadinya penipuan atau hal-hal lain yang tak diinginkan.
Hiraukan SMS, pesan Whatsapp dan telepon yang mengatasnamakan BRI jika dimintai mengisi link kemudian meminta data pribadi. dari pihak yang tidak dikenal. Pun jika pihak Bank menghubungi yang pastinya menggunakan call center yang resmi bukan nomer handphone selular tertentu pada umumnya.
Contoh akun resmi Bank BRI (Source Instagram @nasabahbijak) |
Ada baiknya kenali semua akun media sosial resmi bank yang kita tabung, baik itu instagram, facebook, twitter, tiktol dan websitenya.
Modus Kejahatan Siber di Perbankan
Ada istilah kejahatan siber di perbankan yang sedang marak. Ada 3 modus menggunakan sarana internet adalah carding, typosite, dan phishing. Dan ini harus wajib kita ketahui.
Carding modusnya adalah pelaku memperoleh data kartu kredit korban secara tidak sah (illegal interception), dan kemudian menggunakan kartu kredit tersebut untuk berbelanja di toko online. Modus ini terjadi karena lemahnya sistem perlindungan data perbankan, keteledoran pengguna, dan lemahnya sistem autentifikasi yang digunakan dalam memastikan identitas pemesan barang di toko online.
Hati-hati saat belanja memakai kartu kredit baik secara offline maupun online |
Typosite. Pada modus ini pelaku memanfaatkan kelengahan korban yang tidak hati-hati mengetikan alamat situs bank online yang hendak diaksesnya. Dimana situs tersebut merupakan situs palsu yang dibuat pelaku seolah-olah situs bank yang sebenarnya. Jika korban mengetikan alamat identitas login di situs tersebut, maka pelaku akan merekam user ID dan password nasabah untuk mengakses di situs bank yang sebenarnya.
Phising modus ketiga kejahatan siber perbankan terkait pencurian data kartu kredit. Pelaku seringkali mengincar 4 digit angka di belakang kartu kredit dan nomor PIN nya. Sehingga atas data tersebut digunakan oleh pelaku untuk bertransaksi atas nama nasabah
Jadi intinya berhati-hatilah gunakan media sosial secara bijaksana, media sosial bukanlah buku harian dan jika kita gunakan dengan bijak kita akan terhindar dari kejahatan siber karena dari sanalah mereka mengumpulkan data-data kita, tanpa kita pernah sadari. Menjadi nasabah bijak juga tentunya memberi effort yang baik terhadap bank karena nama baiknya ikut terjaga. Karena kejahatan siber pastinya merugikan kedua belah pihak baik itu nasabah dan bank itu sendiri.
Semoga bermanfaat.
Note : https://heylawedu.id/blog/kejahatan-siber-di-bidang-perbankan-pencurian-data-kartu-kredit
Saat ini memang kita harus lebih waspada ya mba, jangan mudah share info pribadi di sosial media kita
ReplyDeleteBaru saja dua hari lalu aku dapat telepon yang berindikasi penipuan. karena takut terhipnotis maka aku langsung tutup aja hiks ngeri. Kalau lansia nih biasanya yang suka kelupaan kartu ATM yang tertinggal atau menyebutkan PIN dll. Duh, untung BRi mensosialisasikan cara menjadi nasabah bijak ya. Semoga kita dijauhkan dari kejahatan siber aamiin.
ReplyDeleteKita menjaga data dan informasi diri sebaik mungkin, sejatinya kita menjaga harta yang kita miliki juga ya. Betul itu waspada. Jangan sembarang posting data dan kondisi kita secara detail. Bahaya banget
ReplyDeleteSetuju banget mak uti, sekarang nih memang harus mawas diri apalagi banyaknya penipuan dengan menyertakan id yang sama dengan bank yang digunakan. Kalau tidak teliti bisa raib sudah uang yang kita tabung selama ini karena kecerobohan kita sendiri ya.
ReplyDeleteBener nih..belum lagi kalau sudah ada yang share link-link undian berhadiah. Pada percaya aja gitu bahwa itu website bank tempat mereka menabung. Huhuhu. Kalau dikasih tahu, pada gak mau dengerin. Hiks. Ibu saya nih, sering banget dapat sms penipuan, saya langsung bilang..udah hapus aja, block nomor pengirimnya.
ReplyDeleteAku juga pernah diingetin sahabat blogger karena oversharing. Waktu itu aku gak sengaja foto form sekolah anak-anak, sehingga tampak jelas nama beserta sekolah anak.
ReplyDeleteTernyata kemudahan teknologi ini membuat orang kudu banyak-banyak berhati-hati dalam melakukan apapun, sebaiknya dipikirkan dampak ke depannya.
Menjadi nasabah bijak ini adalah langkah yang baik dan perlu sekali sering saling mengingatkan, kalau-kalau yang bersangkutan tidak sadar.
Memang dilema sih soal sharing di medsos ini ya...
ReplyDeleteNiatnya ingin berbagi cerita, tapi mallah bisa jadi pintu masuk kejahatan siber.
Sejak bbrp tahun ini, aku nggak pernah lagi post soal ultahku dan anggota keluarga. Ya gimana, data ultah sangat penting kaitannya dg perbankan.
Aku juga sudah jarang post foto yang tampak muka dengan jelas, baik untukku maupun anak2ku. Bahkan nama anak2ku di medsos pun bukan nama sesuai identitas.
Semua itu juga tidak menjamin luput dari kejahatan siber yang modusnya makin berkembang. Mudah2an kita semua diberi kewaspadaan.
di saat sekarang... kita memang harus perhatikan banyak rambu - rambu ya mba, privasi harus dijaga dengan baik karena mudah sekali bocor
ReplyDeleteSepakat mbak, saya juga kadang gemes kalau ada teman dikit-dikit posting di media sosial posisi dan kegiatan dia sehari-hari. Bukan karena ini dengan kesibukan dia, tapi khawatir jadi celah bagi orang yang berniat jahat.
ReplyDeleteKejahatan siber di dunia perbankan ini lebih ngeri lagi ya, saldo bisa raib dalam hitungan detik, padahal ngumpulinnya bertahun-tahun
Kejahatan digital sekarang makin macam-macam. Dari kitanya memang kudu bijak dengan gak posting semua hal yang pribadi. Aku posting lokasi kunjungan kalau udah otw pulang atau di rumah. Gak over ngasih tahu semua hal karena bukan seleb juga
ReplyDeleteWah makin ke sini kejahatan digital makin ngeri aja ya. Memang sebaiknya kita waspada dan selalu hati-hati dalam bermediasosial. Makasi ya mba uagadah diinfo bagaimana agar terhindari dari orang jahat terutama di dunia perbankan.
ReplyDeleteKejahatan digital emang ngeri ya mbak. Ya Allah kasihan banget temennya. Aku kalau ada form sekarang gak berani main isi mbak. Takut physing
ReplyDelete