Suryakencana China Town Bogor
Hai semoga selalu sehat-sehat ya.. bicara tentang Bogor pasti semuanya sudah tahu ya, selain tempat wisata dikenal juga dengan kuliner-kulinernya yang legendaris dan selalu nagih untuk datang lagi.
Sebut saja Touge Goreng yang sudah tahu bagaiman rasa khasnya pasti akan beda kalau makan ditempat lain. Kemudian Soto Kuning Pak Yusuf cuma di Bogor yang rasanya gak pernah berubah. Ada juga Asinan, Talas dll
Nah kali ini aku bukan bicara soal kulinernya tapi tentang Jl. Suryakencana atau lebih di kenal dengan sebutan "Surken"
Suryakencana adalah Pecinaan Bogor. Kota yang relatif kecil di daearah Bogor atau Selatan Jakarta, jadi jangan membandingkan Suryakencana dengan Pecinaan yang ada di New York ya...
Suryakencana adalah tempat para migran Tionghoa menetap dan membangun rumah mereka. Sampai hari ini, banyak keturunan mereka, masih tinggal di daerah tersebut. Dan beberapa rumah tua juga masih ada.
Rumah itu masih ditempati oleh pemiliknya. Apalagi rumah berpintu berwarna hijau sering sekali dipakai untuk foto, dan aku amaze sekali ketika mencari di google lewat tulisan kak @atraveltrovedi, bisa mengintip di dalamnya dan ternyata masih ada hubungan kerabat.
Semoga nanti bisa jumpa ya kak,,,, dengan kerabatnya, karena ternyata sudah lama sekali ingin bertemu dengan penghuni didalamnya.
Vihara Dhanagun
Dan, tepat di sebelah gerbang baru ini adalah sebuah kuil Cina kuno yang disebut Vihara Dhanagun, atau juga dikenal sebagai Kelenteng Ho Tek Bio. Awalnya itu adalah tempat ibadah bagi umat Buddha, Tao, dan Konghucu. karena dari ketiganya, hanya agama Buddha yang diakui sebagai agama "resmi" di negara ini.
Oleh karena itu, klenteng tersebut diganti namanya menjadi vihara, yang berarti candi Buddha. Awalnya, istilah lokal untuk menggambarkan tempat ibadah yang digunakan oleh etnis Tionghoa di Indonesia tanpa memandang agama mereka
Saat ini Surken sudah sangat rapi, jalanan dan trotoar sudah semakin lebar konon katanya Surken selain pusat perniagaan akan dijadikan wisata China Town dan pusat jajanan legendaris. Walaupun disayangkan masih ada beberapa PKL yang menggelar dagangannya di trotar dan tentunya agak sedikit terganggu jika kita ingin menikmato Suken ini secara keseluruhan.
Belum bagi banyaknya kendaraan entah itu motor atau mobil yang parkir di bahu jalan, ini masih menjadi peer bagi pemda Bogor jika Surken akan menjadi tempat wisata yang akan banyak penginjungnya.
Seperti Malioboro contohnya kini yang sudah semakin nyaman, semoga nanti Surken pelan-pelan akan bisa seperi Malioboronya Jogjakarta.
Untuk kalian yang akan menikmati Jl. Suryakenaca ini lebih baik memilih di weekday, karena kalau weekend sudah tahukan pastinya macet dan banyak sekali orang-orang yang akan mengambil foto. Atau kalau teman beruntung akan bertemu photographer yang rela diminta jasanya untuk minta foto.
Untuk mengurangi parkir kendaraan lebih baik menggunakan transporatasi publik saja. Dari Stasiun Bogor kita bisa naik angkot no 02 atau 03 dengan ongkos yang murah meriah hanya Rp 5 ribu.
Utieadnu.☺
keren ini liputan jalan-jalannya mba Utie.
ReplyDeletejadi kangen ke jjs ke Bogor lagi deh.
salam semangat
Aku jadi tau sisi lain dari surken mba. Selama ini tiap ke Bogor, wiskul nya udah pasti di surken, tapiii ga pernah merhatiin wihara, rumah2 berpintu hijau atau hal unik lainnya 😅. Fokus beneran ke kuliner 🤣.
ReplyDeleteTapi memang surken itu ga pernah bosen dijelajahin. Makanannya enak2, walopun banyak kendaraan yg suka parkir seenaknya sih.. aku juga berharap surken bisa kayak Malioboro yg udah rapi dan enak buat pejalan kaki
pengen juga bisa main di area surken ini
ReplyDeleteaku dari kemarin ngebayangin kapan bisa ke Bogor, terakhir ke Bogor waktu SD dan nggak inget betul kemana aja
kawasan surken sering diceritain temen temen blogger juga, jadi penasaran
aduh ini jaman kuliah ay cari kulineran di daerah surya kencana. temen smaku rumahnya ada yang di surken ini, kuno banget rumahnya. Duh, jadi kangen ke bogor ini nostalgia jaman kuliah
ReplyDeleteHahahaha... Met datang di bogor mbak. Memang begitulah surken dan mungkin kita harus menikmati apa adanya.
ReplyDeletePembenahan sudah banyak dilakukan sih, seperti pelebaran trotoar atau penataan parkir. Hanya saja, dengan ruang yang sempit seperti itu harus menampung wisatawan (mayoritas luar kota) setiap akhir pekan, ya tidak akan bisa.. hahahaha... Hari biasa saja sudah ruwet, apalagi kalau di akhir pekan.
Jangan cuma ke soto kuning Mbak, masih banyak lagi kuliner di Bogor, seperti Laksa Gang Aut atau Bir Kocok (bukan bir beneran), belum cungkring. Juga di sana ada cagar budaya Bogor, yaitu rumah Kapitan Tjan..
Kalau nanti maen ke Bogor lagi, bisa main bareng Mbak.. nanti saya tunjukkan beberapa daerah di surken yang bisa diexplore..
Salam dari warga Bogor