Gula Semut Semedo Akhmad Sobirin, Meningkatkan Ekonomi Penderes Nira
Siapa yang sudah pernah ke daerah Banyumas?, Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan ibukota Purwokerto. Kabupaten yang terkenal dengan semboyannya Banyumas Satria ini mempunyai ciri khas yang identik dengan daerah-daerah lainnya.
Salah satunya Gunung Slamet yang merupakan ikon utama Kabupaten Banyumas. Gunung ini terletak di kawasan wisata Baturaden yang menjadi andalan wisata di Kabupaten Banyumas.
doc, semedo |
Juga mendoan yang merupakan kuliner khas Banyumasan. Kuliner yang satu ini cukup banyak dikenal orang hingga keluar daerah Banyumas. Mendoan dianggap berasal dari istilah "mendo-mendo dipangan". Mendo artinya lembek. Mendoan ini dimasak setengah matang sehingga teksturnya masih lembek.
Juga pasti tahu maskot dari Banyumas ini yaitu Bawor (tokoh wayang yang bernama Bagong/Cepot), katanya tokoh Bawor ini Bawor memiliki 4 gambaran watak: sabar lan nrimo (apa adanya dalam kehidupan sehari-harinya), berjiwa ksatria (jujur, berkepribadian baik, toleran, suka membantu orang lain), cacutan (rajin dan cekatan) dan cablaka (lahir batinnya terbuka terhadap pertimbangan yang matang dari apa yang diucapkan secara spontan dengan bahan yang lugas). Gambaran watak ini dianggap sangat mewakili komunitas wong cilik di Banyumas.
Oh iya satu lagi tarian khas dari Banyumas salah satunya yang unik adalah ebeg. Ebeg adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ebeg ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe. Ebeg ini merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambutnya. Tarian ebeg disajikan dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Tariannya menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari menggambarkan kegagahan yang diperagakan oleh para pemainnya.
doc, Pameran di Menara ASTRA |
Akhmad Sobirin Pemberdaya Gula Semut
Pastinya itu gambaran besar yang kita ketahui tentang Banyumas, tetapi Jauh disana ada desa terpencil yaitu Desa Semedo terletak di Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas.
Deretan pohon kelapa tumbuh menjulang menjadi bagian lanskap Desa Semedo, Bunyi kersik dedaunan kelapa acapkali terdengar ditiup angin. Bagi masyarakat setempat, pohon kelapa menjadi sumber kehidupan sekaligus jati diri.
Saat pagi hari hawa sejuk kesunyian perbukitan lereng barat Gunung Slamet yang basah sehabis hujan semalaman. Pada sela-sela bukit dan lereng, kabut tipis mengalun perlahan berirama dengan kicauan burung yang memeriahkan.
Dari balik nuansa kehidupan Desa Semedo yang tenang dan syahdu, sesungguhnya masyarakatnya sudah bergiat menderes nira kelapa sejak sehabis subuh. Persepsi tentang kehidupan desa yang pelan, malas dan kurang produktif harus dibuang jauh-jauh di sini. Rutinitas pagi kehidupan masyarakat Semedo sudah diisi dari aktivitas memanjat batang pohon kelapa ke pohon kelapa lainnya.
doc, Semedo |
Dan saban pagi dan sore hari, jadi potret keseharian di Desa Semedo para penderes nira meniti batang pohon kelapa setinggi 15 meter sampai 20 meter. Nira yang menetes dari manggar atau pangkal pelepah kelapa adalah hasil peluh keringat untuk menyambung hidup.
Desa Semedo tidak ada bedanya dengan desa-desa lain di Banyumas atau daerah-daerah lain di pulau Jawa. Tanah yang subur dengan pohon-pohon kelapa yang tumbuh tersebar di setiap pekarangan desa. Konturnya yang perbukitan juga membuat Semedo tidak ada bedanya dengan desa-desa lain di perbukitan.
Yang kontras menjadi pembeda adalah hadirnya sosok Akhmad Sobirin, sang putra desa yang mengalirkan semangat perubahan ke Semedo. Desa Semedo yang berlanggam tenang itu jadi bersemarak dengan bergeliatnya ekonomi desa berbasiskan gula semut. Pohon kelapa dan penderes nila yang menjadi jantung kehidupan Semedo diangkat ekonominya oleh Akhmad Sobirin.
Tempat pemrosesan gula semut berdiri di tengah perkampungan Semedo yang lengang. Bangunan berukuran sekitar 12 x 10 meter itu berada di samping rumah Sobirin. Daripada disebut sebagai pabrik, lebih tepat disebut sebagai rumah produksi gula semut. Bangunan pemrosesan gula semut ini didirikan untuk memperlancar pemasaran gula semut melalui CV Karya Muda Jaya, perusahaan miliknya.
Dulu, kehidupan ekonomi penyadap nira kelapa di Desa Semedo sempat terpuruk. Perubahan kesejahteraan mulai mengiringi ketika mereka bergerak dalam organisasi kelompok tani. Bahu membahu jadi prinsip bersama demi mengangkat harkat penyadap nira kelapa menjalani industri gula semut.
Akhmad Sobirin adalah anak muda asal Desa Semedo yang paling berperan dalam upaya mengubah kondisi industri gula kelapa di kampung halamannya. Usianya kini 34 tahun. Ia bagian dari proses panjang yang telah dilalui masyarakat setempat melakukan peralihan dari memproduksi gula merah cetak ke gula semut pada tahun 2012.
“Rumah produksi ini bisa menjadi sebuah tanda untuk memberi keyakinan masyarakat Semedo pada usaha produksi gula semut di desa.” ungkap Sobirin.
Gula semut dari ratusan petani yang tergabung pada Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya diserahkan ke rumah produksi milik Sobirin. Petani-petani ini berasal dari Semedo dan beberapa desa sekitarnya seperti Karangkemiri, Petahunan, dan Kedungurang. Dari petani, biasanya standar gula semut bisa berbeda-beda seperti besar butiran, warna, hingga tingkat kadar air. Di rumah produksi ini, gula semut diproses lagi agar memenuhi standar ekspor.
Dengan cekatan, salah satu karyawan, memindahkan plastik-plastik gula semut kiriman petani ke loyang-loyang aluminium. Selanjutnya loyang ini dimasukkan dalam oven untuk dipanaskan pada suhu tertentu untuk mencapai tingkat kadar air 2% sesuai syarat ekspor. Tahapan selanjutnya gula semut masuk ke dalam mesin ayakan 18 mesh untuk menjadi butiran yang terstandarisasi. Di sudut lain ruangan, beberapa karyawan sedang cermat melakukan penyortiran untuk memastikan hanya butiran gula semut yang layak ekspor lah yang dikemas.
Selanjutnya, gula semut berkualitas itu dikemas dalam plastik curah. Ada juga gula semut yang dikemas dalam aluminium foil kedap udara bermerek “Semedo Manise”. Total ada 15 karyawan yang bekerja dalam pemrosesan gula semut.
Walau berada di desa, Sobirin menjelaskan bahwa kapasitas rumah produksi gula semutnya bisa mencapai 2,5 ton per hari. Besar kapasitas itu sanggup menyerap gula semut dari para petani yang menjadi binaannya. Dalam sebulan, produksi gula semut bisa dipasarkan sebanyak 20-30 ton.
Sebagian besar pemasaran gula semut berorientasi ekspor, yakni 98% ke Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa. Pasar dalam negeri juga mulai meminati produk gula semut “Semedo Manise” yang dijual retail via online marketplace dan supermarket dalam varian berbagai rasa seperti original, jahe, sirsak dan lain-lain.
doc, semedo |
Mengubah Produksi Gula Cetak ke Gula Semut
Namun perlu diketahui perjuangan Akhmad Sobirin, tidak semudah yang kita bayangkan, prosesnya pun cukup berjalan lama. Sekalipun, perubahan itu menjanjikan hasil yang lebih baik. Belum lagi, terdapat tatanan dan perangkat lama yang resisten terhadap aneka perubahan, yang dinilai bisa mengancam eksistensinya. Begitulah kondisi Semedo yang harus dihadapi Akhmad Sobirin ketika memutuskan pulang kampung setelah merantau dari kota.
Pada Februari 2012, Akhmad Sobirin pulang ke Semedo dengan predikat lulusan Sekolah Vokasi Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, pernah berusaha semasa kuliah, dan bekerja di beberapa perusahaan di Jakarta. Tekad kepulangannya ke Semedo tidak main-main. Diniatkan untuk menjalankan wirausaha dari desa sekaligus membangkitkan ekonomi masyarakat di desanya. Pada awalnya, dia memilih berwirausaha jamur tiram.
Tetapi tidak begitu berjalan, pada akhirnya ketika melihat lingkungan sekitar, dengan banyak pohon kelapa dan kegiatan penderes nira yang tidak putus-putus akhirnya dia mencoba untuk merubah produksi gula cetak untuk menjadi gula semut. Yang memang saat itu dia ingat beberapa cafe pernah menggunakan ini sebagai campuran kopi kekinian, dan juga pernah membaca ekspor gula semut yang cukup menjanjikan.
Tidak mudah awalnya meyakinkan setiap petani untuk mengubah kebiasaan dari produksi gula cetak ke gula semut. Ada yang ragu, ada yang resisten. Masalah kerepotan, kebersihan, dan larangan bahan pengawet adalah biang kendala warga enggan beralih ke gula semut. Belum lagi, cibiran dari warga yang menyangsikan keberhasilan usaha gula semut miliknya.
“Lha wong hasilnya saja belum jelas untuk bisa mensejahterakan diri sendiri, masak mau mensejahterakan orang lain.” Akhmad Sobirin ingat betul ucapan salah satu warga yang meremehkannya.
Untungnya, Akhmad Sobirin berhasil meyakinkan 25 warga Semedo untuk memproduksi gula semut. Pada 1 Juni 2012, Sobirin bersama warga Semedo yang tertarik pada gula semut ini mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya. Pendirian kelompok tani ini menjadi tonggak penggalakan gula semut yang mampu memberdayakan masyarakat Semedo.
doc, semedo |
Akhmad Sobirin meyakini pendirian kelompok tani adalah langkah mendasar agar petani gula semut tetap konsisten dan berkelanjutan. Selain untuk memudahkan koordinasi dan pembinaan, kelompok tani bisa menjadi jalan untuk memperkuat posisi tawar dalam dinamika masyarakat yang tercengkeram oleh kehadiran tengkulak. Selama puluhan tahun, masyarakat Semedo terbiasa dengan peran tengkulak gula cetak, sehingga tidak pernah terpikirkan mengaktifkan kelompok tani. Sampai ada pandangan kalau berkelompok hanya menjadi ajang kumpul-kumpul saja membahas hal yang tidak bermanfaat, yang menghabiskan waktu saja.
Keseriusan Akhmad Sobirin dalam menggarap gula semut di desanya mulai menampakkan hasil. Jumlah warga yang menjadi kelompok binaannya makin bertambah. Kemampuan warga Semedo menghasilkan gula semut juga makin meningkat. Dapur masak gula semut mulai dibenahi, baik dengan dana masing-masing warga maupun bantuan pemerintah melalui kelompok. Alat-alat produksi juga diganti dengan alat yang menerapkan kaidah higienitas dalam setiap proses.
doc, semedo |
Pada akhirnya dia membentuk CV Karya Muda Jaya untuk menampung gula semut petani, memproses sesuai standar ekspor dan memasarkan gula semut Semedo. Rantai nilai (value chain) usaha yang makin stabil dinilai mampu memberikan jaminan bahwa produk gula semut Semedo bisa dipasarkan dengan baik. Masyarakat pun makin mantap memproduksi gula semut.
Akhmad Sobirin paham produk gula semutnya ini harus memenuhi persyaratan pasar yang berorientasi ekspor. Tidak hanya mementingkan kuantitas, kualitas juga menjadi hal penting bagi keberlanjutan usaha gula semut. Di pasar US dan Eropa, gula semut harus memenuhi persyaratan dan sertifikasi terkait organik, higienitas dan bebas dari eksploitasi kerja. Dia membina kelompoknya secara intensif agar bisa memenuhi persyaratan yang ditentukan. Juga menerapkan pengendalian mutu produk dalam setiap tahapan produksi gula semut, agar jangan sampai gula semut yang dihasilkan petani tidak lolos standar.
Gerakan kewirausahaannya selalu berpijak pada pemihakan kepada petani gula semut. Pernah suatu ketika, usaha gula semutnya rugi 7 ton karena sudah memasok tetapi sehari setelahnya harganya anjlok. Dia menanggung kerugian itu dengan merogoh kocek pribadi demi petani tetap yakin memproduksi gula semut. Dia juga selalu menekankan transparansi dalam usaha berbasis pemberdayaan masyarakat. Baginya, hal itu penting agar masyarakat tetap berkomitmen menjaga kualitas produk gula semut.
ASTRA |
Pemberdayaan Penderes Nira
Desa kecil di Kabupaten Banyumas ini lambat laun telah mampu membuang label sebagai desa terpencil dan tertinggal menjadi wilayah organisasi penyadap nira yang inovatif. Kisah manis gula semut Desa Semedo tersiar dan mendapat apresiasi dari lembaga pemerintah maupun swasta. Akhmad Sobirin misalnya, sebagai penggerak mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards 2016 di bidang kewirausahaan dari ASTRA. Dua tahun berselang, giliran Desa Semedo jadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat bidang kewirausahaan bertajuk Kampung Berseri ASTRA.
Mengusung visi pemberdayaan, jaringan antar kelompok penyadap nira diperluas ke desa-desa lain di wilayah Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. Kini terjaring kurang lebih 400 penyadap nira. Mereka terbagi dalam 1 kelompok di Desa Petahunan dan 2 kelompok di Desa Karangkemiri.
“Pengelolaan kelompok tani saya serahkan ke pemuda setempat. Saya menekankan yang perlu didahulukan misi sosial bukan ekonomi,” kata Akhmad Sobirin.
Misi sosial ini memang jadi pegangan saat memulai membentuk kelompok tani penyadap nira. Latar belakangnya, hampir 80 persen dari seribu lebih laki-laki di Desa Semedo bekerja sebagai penyadap nira yang rentan alami kecelakaan kerja. Selain itu, seringkali keluarga penyadap nira terlilit utang pada tengkulak karena tak memiliki akses bantuan modal ketika merugi.
Salah satu tujuan pembentukan kelompok tani di konsep untuk pengelolaan penyisihan sebagian keuntungan bersih dari pemasaran gula semut, guna pembiayaan perlindungan jaminan kesehatan. Selain itu juga akses pembiayaan mikro, pembangunan sarana penjaminan mutu produksi, dan pembaruan bibit kelapa.
“Kami mulai melakukan percobaan penanaman bibit kelapa genjah yang hanya setinggi 5 meter. Sudah dilakukan penyebaran 1.500 bibit. Ini program jangka panjang mempertimbangkan kerentanan kecelakaan kerja dan melanjutkan regenerasi penyadap nira,”
doc, kompas,com |
Regenerasi dan Pemberdayaan Perempuan
Ancaman putusnya regenerasi penderes nira di Desa Semedo jadi kekhawatiran tentunya. Hampir rata-rata penyadap nira usianya tidak lagi muda. Dan Akhmad Sobirin tahu anak-anak muda di Desa Semedo tidak banyak yang memiliki keahlian meniti pohon kelapa untuk menyadap nira.
Rata-rata anak-anak muda juga enggan menanggung resiko alami kecelakaan kerja terjatuh dari pohon kelapa. Dan ini Solusi yang dipikirkan kelompok tani menanam pohon kelapa genjah yang pendek.
Pengolahan gula semut di Desa Semedo mesti dipertahankan karena membuat warga desa jadi mandiri secara ekonomi. Selain itu, gula semut memastikan kesejahteraan bisa didapat di kampung sendiri. Banyak para petani menyatakan dari hasil penjualan gula semut, hidupnya kini lebih dari cukup.
Dari 33 pohon kelapa, pendera nira minimal 40 liter sampai 50 liter per hari. Setelah diolah hasil sadapan jadi 6 kilo gram sampai 8 kilo gram gula semut. Menjualnya ke Poktan Manggar Jaya, Maka bisa mengantongi uang di atas Rp 100 ribu per hari.
“Dulu saat masih gula cetak memang susah. 1 kilo gram harganya Rp 5 ribu. Sekarang 1 kilo gram gula semut harganya Rp 17 ribu - Rp 20 ribu.
Selain mengorganisasikan penderes nira, Poktan Manggar Jaya juga mengorganisasikan produk gula semut. Mereka jadi pembeli pertama gula semut hasil olahan penyadap nira. Pengembangan kualitas kontrol diterapkan di rumah produksi. Gula semut dari penyadap nira lantas disortir oleh tim penjaminan mutu.
Salah satu karyawan Sobirin yaitu Rohyati, salah satu tim penjaminan mutu di Poktan Manggar Jaya. Usianya 42 tahun. dia bergabung sejak tahun 2015. Timnya memastikan standar gula semut dari Desa Semedo sesuai standar mutu yang disyaratkan konsumen. Tugas mereka melakukan pengeringan dan pengayakan 18 mesh.
“Kapasitas produksi saat ini 24 ton per bulan. Permintaan untuk ekspor sebenarnya lebih besar. Tapi yang terpenting kami mempertahankan kualitas yang baik,” kata Rohyati.
Rohyati menekankan, pengembangan industri gula semut di Desa Semedo telah membuka lapangan kerja pada perempuan. Di rumah produksi terberdayakan 8 sampai 9 perempuan sebagai tenaga kerja. Tugas mereka melakukan pengovenan, penyortiran dan pengepakan. Kerja mereka juga dilengkapi alat produksi berbahan stainless steel food grade untuk memastikan higienitas produk terjaga.
Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas, menilai Poktan Manggar Jaya Desa Semedo merupakan salah satu penyumbang terbesar ekspor gula semut dari Banyumas, di tahun 2018 mencapai 7.000 ton sampai 8.000 ton. Kurang lebih 25 persen ekspor gula semut berasal dari Kecamatan Pekuncen yang diinisiasi oleh Poktan Manggar Jaya dari beberapa kelompok tani.
doc, semedo |
Untuk mendukung pemberdayaan penyadap nira di Poktan Manggar Jaya Desa Semedo, di tahun 2019 pemerintah pusat telah membangun Unit Pengolahan Hasil (UPH). Tujuannya untuk mendukung kemudahan pengemasan serta daya simpan lebih lama sehingga menunjang proses pemasaran ke luar negeri.
Pada akhirnya dari Desa Semedo, gerakan pemberdayaan penyadap nira yang dilakoni Akhmad Sobirin adalah kisah manis tentang kesabaran pendampingan masyarakat. Akhmad Sobirin dan Poktan Manggar Jaya adalah meningkatkan ekonomi penderes nira. Industri gua semut yang mereka prakarsai telah menggerakkan warga setempat mendapatkan jati diri, berdaulat di desa, mandiri secara ekonomi dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam lingkungannya.
Utieadnu
No comments
Post a Comment
Terima kasih sudah meninggalkan jejak di blog saya mudah-mudahan bermanfaat, Jangan tinggalkan Link URL BlogPost ya,,, makasih🙏