Pantai Sawarna dan Upacara Adat Seren Taun



4 Days 5 Blogger Vacation to Bayah with CSR Semen Merah Putih (Part2)
Sudah hari ke 3 di Bayah,,, selepas sholat shubuh di mess Pabrik kami berangkat ke pantai Sawarna dengan tujuan memburu sunrise, sudah terbayang pasti Indah banget, perjalanan di sambung dengan menggunakan motor kami menyewa beberapa ojek yang melalui jalan setapak yang baru separuh di aspal, dan menurut tukang ojeknya ini adalah jalan pintas. Sebenarnya ada jalan lain hanya jauh harus memutar.

Sesampai di pantai pukul 05;20 tapi ternyata matahari tidak menampakkan dirinya awan sedikit tertutup mendung, tapi cukup terhibur dengan pantai yang bersih dan deburan ombak yang sudah begitu lama tidak pernah mendengar, menghirup udara laut  yang benar-benar fresh,  1 jam kami berada di Pantai Sawarna, lanjut menuju Karang Taraje…, karena air lautnya masih surut kami bisa berjalan kaki menuju karang yang dimaksud Karang Taraje itu artinya kita naik ke karang dengan menggunakan tangga ( bahasa sundanya taraje).

Karang Taraje
Biasanya tempat ini ramai dikunjungi photographer yang hendak mengabadikan ombak menerjang karang, suara ombaknya itu,,, membuat hati bergetar, memandang laut dari ketinggian kemudian ombak yang datang bergemuruh semakin  terasa kecil diri.. ( Ya Allah,,, betapa agung ciptaan- Mu).

Setelah berhasil mengabadikan ombak  kami jalan kembali ke Tanjung Layar dengan tujuan ingin makan siang, kata mba Ajeng salah satu staf PT.Cemindo Gemilang ada cumi yang enak di sana. Dikarenakan juga laut jika semakin siang akan pasang tentu menyulitkan kita akan balik ketempat semula jika tidak cepat-cepat meninggalkan Karang Taraje.

karang taraje
Akhirnya pukul 12;30 kami kembali ke penginapan,, istirahat sebentar dan pada pukul 15;30 kami diajak lagi ke pantai Sawarna kembali,  untuk makan malam sekaligus melihat matahari terbenam.  Sepanjang perjalanan ke Sawarna kanan kiri yang kami lewati masih hutan dan banyak sekali kera dan lutung (kera hitam berekor panjang), yang kita jumpai sayangnya mereka tidak bisa di foto karena begitu mobil yang dikendarai Pak Tono mendekat mereka langsung lari naik ke atas pohon.

Pukul 17;00 kami tiba di Pantai Sawarna, tapi sudah setengah jam menunggu matahari masih tertutup awan sunsite pun kembali tidak terlihat, (belum rezeki kami rupanya di pantai ini untuk melihat sunrise mapun sunsite). Selepas sholat maghrib kami menikmati makan malam di pantai, benar-benar merasakan sensasi yang berbeda makan sambil memandang lampu kapal nelayan yang sedang mencari ikan berkelap-kelip di kejauhan, di tambah lagi mendengar suara ombak.

Bincang akrab bersama Pak Andre Vincent Wenas
Satu jam kemudian rombongan Pak Sigit Indrayana datang setelah makan kita berbincang akrab dengan Direktur Human Capital PT. Cemindo Gemilang Bp. Andre Vincent Wenas beliau menceritakan sejarah pertama kali berdirinya PT, Cemindo Gemilang dan harapan-harapannya agar kelak semen merah putih bisa ekspor dan lebih dikenal tidak hanya di Bayah dan ke enam wilayah pabrik lainnya tapi sampai mendunia dan berkeinginan mempunyai kapal sendiri agar lebih memudah logistic bahan mentah ataupun bahan jadi.

Ternyata pak Andre dulu juga sebagai seorang jurnalis dan pernah menjadi copywriter, ayah dari dua anak yang sedang duduk diperguruan tinggi ini, terlihat humble sekali jauh dari kesan menggurui ketika berbincang-bincang, mau berbagi ilmu tentang jurnalis jugatidak terasa bincang-bincang kami sampai larut malam. Dan akhirnya pukul 21;30 kami  harus kembali ke penginapan. Karena esoknya akan mengunjungi upacara adat Baduy luar tepatnya di Kasepuhan Cisungsang yaitu acara Seren Taun

Seren Taun di kasepuhan cisungsang
Esok harinya pukul 06;00 kita sudah berkemas dan bersiap-siap karena hari ini hari terakhir berada di Bayah, hampir 3 jam perjalan menuju Cisungsang, sesampai di sana acara baru saja dimulai acara Seren Taun yang diselenggarakan oleh masyarakat Kasepuhan dan masyarakat Baduy Luar.

seren taun kasepuhan cisungsang

Bersama Bupati Lebak Ibu Hj Iti Oktavia
Sedikit berbeda dengan masyarakat Baduy, masyarakat Cisungsang lebih terbuka terhadap perkembangan, seperti Baduy menggunakan sistem isolasi yakni masyarakatnya (Baduy dalam) tidak dapat beralkulturasi dengan masyarakat luar, sedangkan masyarakat Cisungsang tidak seperti itu terbukti dengan adanya penerangan listrik, bentuk rumah, bertani sudah menggunakan alat-alat yang modern dan media elektronik sudah ada seperti TV, Radio, dan Telepon. Namun tentu saja tanpa meninggalkan budaya asli leluhurnya seperti bentuk rumah tradisi yaitu rumah kayu berbentuk panggung dengan alat memasak tungku (hawu).

Pakaian adat masyarakat Cisungsang adalah Pakaian dengan 2 warna Hitam dan Putih yang katanya  mengandung arti hitam berarti cerdas, cepat mengerti. Sedangkan putih bersih, suci jadi harus mempunyai hati yang bersih. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani, berdagang bahkan setelah dipimpin oleh Abah Usep, sebagian besar anak mudanya menjadi pekerja buruh ke kota-kota terutama  Jakarta dan Sukabumi. 
 
Bpk Andre, Bpk Nugraha dan  Adel
Upacara Seren Taun  juga mengandung makna serah terima tahun lampau kepada tahun yang akan datang, dan merupakan wahana syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang dilaksanakan pada tahun terdahulu disertai harapan agar tahun selanjutnya kehidupan pertanian akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Sunda.

Pada hari pelaksanaan, acara Balik Taun Rendangan merupakan acara pembuka, dan ritual berikutnya adalah yaitu memasukkan padi ke dalam lumbung (leuit) dan upacara dimulai dengan pembakaran kemenyan yang dilakukan oleh Dukun Pangampih sebagai pemimpin upacara disertai pembacaan mantra dan do’a agar padi yang disimpan dalam lumbung utama dapat mencukupi kebutuhan warga dan panen di tahun mendatang melebihi hasil panen tahun ini, dan iring-iringan di ikuti oleh penghantar pembawa padi utama terdiri dari tiga orang wanita yang sudah sepuh/tua dan dua orang gadis pemikul rengkong dan beberapa orang pria pembawa padi.

Timo, Adel,Agung, Ria dan Nisa di depan Leuit
Dan para sesepuh membawa Sembilan Bakul Padi yang dibungkus kain putih sebagai simbol dari Sembilan Wali yang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa termasuk Banten. Para Sesepuh juga menyanyikan puji-pujian kepada Dewi Sri sebagai penjaga kesuburan tanah dan tanaman yang mereka pelihara, diiringi gendang, angklung  dengan tembang-tembang sebagai pasokan makanan warga Kasepuhan serta seluruh masyarakat Kasepuhan Banten Kidul. prosesi ini biasanya diakhiri dengan gelar kesenian tradisional yang ada di daerah tersebut seperti debus dan tari-tarian.

Ketika prosesi sudah selesai kami dipersilahkan untuk makan bersama dan disanalah berjumpa dengan Bupati Lebak yaitu Ibu Hj Iti Oktavia, yang ramah sekali beliau  berharap bahwa tidak hanya perekonomian, yang maju tapi segi pendidikan juga harus maju, atas usul beliaulah mendirikan perpustakaan yang letaknya sengaja di pusat kota agar semua orang yang berkunjung ke lebak nanti akan mendapatkan informasi, tentang penduduknya, sekolah, adat istiadat  ataupun yang lainnya karena juga minat baca di Lebak ini sangat kurang. Dan beliau berharap juga nanti 3 tahun kedepan adanya sarana transportasi berupa jalan kereta api dari Rangkas Bitung bisa menuju Bayah. 

di depan leuit (batik bayah)
Sayangnya semua terbatas waktu, kita harus kembali ke Jakarta agar pulang tidak terlalu malam. Terima kasih kepada seluruh staf dan direksi PT Cemindo Gemilang yang telah mengundang kami, dan memberi pengalaman yang amat berharga. InsyaAllah kedepannya tetap sukses dan berkah.  Spesial untuk Bpk Andre Vincent Wenas, Bpk. Sigit Indrayana , Bpk Nugroho Atmijaya dan Ibu Atria Edelwys juga Bpk Tono sang sopir pembalap yang sudah mengantar kami. Terima kasih sekali lagi atas pengalaman yang luar biasa ini.

*cerita sejarah Baduy Luar sumber Pak Sigit Indrayana dan Buku Kasepuhan Cisungsang

22 comments

  1. Busyet umur nya tua banget ya mak. Tanya gak resep rahasia umur panjang usia dan sehat dan umur 19 tahun jadi kepala adat , wow banget.asik nih jalan jalan terus.

    ReplyDelete
  2. wow itu umur atau umur. hahaha ombak nya ngeri ya

    ReplyDelete
  3. Ya ampuuun awet-awet banget ya usia mereka. Aku rasa karena mereka hidup di lingkungan yang sehat serta makan makanan yang sehat.

    ReplyDelete
  4. Senengnyaaaa mbk, bs ngikutin upacara adat seperti serah taun ini,
    Pantainya jg cakep bgd ya mbk, asriiiii, :)

    ReplyDelete
  5. wah bagus banget nih lukisan nya.. jadi bisa belajar nih sedikit tentang upacara adatnya

    ReplyDelete
  6. woow mba, keren bisa jalan-jalan di BAduy, suku ini memang punya khas sendiri ya, tidak terpengaruh sama dunia luar, tapi hebat dan tetap lestari hingga saat ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba adatnya masih kuat,, bagus bisa jadi kekayaan budaya indonesia

      Delete
  7. Ya ampun itu umurnya segituu *takjub.
    Ombak di pantainya itu gede juga ya mba. Melihat pantai selalu jadi teringat akan kebesaran Tuhan.

    ReplyDelete
  8. Dari Sawarna terus aja ikut in pantai ke timur nanti bakal ke ujung genteng (sukabumi) dan terus ke agrabinta (cianjur)
    hehehe jadi inget kenangan turing via jalan lintas selatan

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenar satu lautnya ya teh,,, cuman namanya beda2 jalan lumayan panas ..

      Delete
  9. Seru sekali bisa melihat langsung suku baduy ya mbak. Trus tuh ombaknya keren banget. Jadi bayangin suara pantai. Dah lama gak kepantai

    ReplyDelete
    Replies
    1. iy adat turun temurun upacaranya, suara ombaknya bikin ciutsecara gk pernah berenang d laut

      Delete
  10. Wah asyik, sekalian mampir Baduy Luar ya mbak?
    Pas sedang ada upacara adat lagi. Btw aku baru tau ttg pantai itu, pantes kok banyak batu karang di area sana. Kirain itu peninggalan laut yg udah menyurut bertahun2 lalu.
    TFS

    ReplyDelete
    Replies
    1. gk mba jd kalu pagi2 laut kan surut tuch kita bisa mudah ke sana dh siangin dikit pasang serem juga kalau hrs berenang

      Delete
  11. Akuu udah lama tinggal di Banten tp blm pernah ke sawarna dan blm juga liat upacara adat seren taun itu. Iri deeh sama kamuuu mbaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. ihh deket atuch mba,,, klo dr Banten mah yuk explore bulan november nti ada festival Baduy

      Delete
  12. Upacara seren taun masyarakat adat yg ada di Banten penuh makna sekali ya. Aku pernahnya ngikutin prosesi upacara serupa tp utk yg masyarakat adat Baduy nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama ya mba,,, ini pengalaman pertama sih next november katanya ada festival Baduy jd mau ke sana

      Delete
  13. Sawarna...mau! Dari rangkas bitung lanjut naik apa sih ke sana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kyknya blum ad angkot juga mnuju k sana sewa mobil x ya,,, soalna kanan kiri msh hutan tapi jalannya sudah mulus dn gak ada macet

      Delete
    2. Ada bis damri dari terminal pakupatan serang jam 6 pagi dan 12 siang langsung ke sawarna 60 ribu... Kalo dari rangkas Adanya langsung ke bayah doank

      Delete

Terima kasih sudah meninggalkan jejak di blog saya mudah-mudahan bermanfaat, Jangan tinggalkan Link URL BlogPost ya,,, makasih🙏