Konektivitas Transportasi Surabaya Darat, Udara dan Laut
Surabaya, sepertinya memang tidak pernah masuk kedalam prioritas daftar list kota yang akan dikunjungi. Tetapi rezeki yang mengantarkan saya akhirnya bisa kesana.
Tapi pernah suatu saat ketika melihat foto teman di instagram foto di belakang Pagoda Tian Ti, secara tidak sadar pernah berguman mudah-mudah suatu saat bisa foto disana. Karena bagungunan pagodanya keren tidak kalah unik dengan yang di Beijing.
Ternyata memang ucapan itu doa akihirnya bulan Oktober ini terwujud untuk pergi ke Surabaya. Selama 3 malam 4 hari. Lama banget ya mudah-mudahan teman-teman gak bosan cerita saya kali ini.
Saya bukan hanya bercerita tentang Pagoda Tian Ti di KenPark tapi akan menceritakan tentang konektivitas transportasi yang sudah sangat teramat mudah, yang ada di pelabuhan di Tanjung Perak, Bandara dengan Bus Damri, Bus Suroboyo setempat dan pariwisata disana juga sudah mulai dibuka.
Pergi saat pandemi tentunya masih menjadi peer untuk selalu hati-hati dan menjalankan protokol kesehatan. Memesan tiket Kereta api online tentu salah satu yang mempermudah, dan agar menjadi lebih aman diwajibkannya tes antigen dan vaksinasi yang sudah lengkap.
Hari Pertama...
Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya
Salah satu yang mempermudah travelling kali ini adalah transportasi secara langsung dari Jakarta. Dulu pernah ke Surabaya tahun 2019 dari Gambir - Stasiun Gubeng berangkat sore hari tiba di stasiun Gubeng pukul 06 ; 00 paginya. Tapi sekarang jarak tempuhnya dipercepat Jarak Jakarta - Surabaya ditempuh hanya dengan waktu 8 jam.
Tepatnya hari selasa tanggal 12 Oktober 2021, Kereta Argo Bromo Anggrek yang saya tumpangi sangat nyaman sekali, dari tempat duduknya ada fasilitas free wifi. satu gerbong ini sekitar 70% tempat duduk terpenuhi.
Untuk mencegah penyebaran virus, setiap pelanggan kereta api Argo Bromo Anggrek harus memenuhi berbagai syarat. Suhu badan penumpang juga tidak boleh lebih dari 37,3 derajat celcius Selama perjalanan, penumpang wajib memakai Masker yang menutupi area hidung dan mulut.
Berangkat Pukul 08;20 tiba pukul 16:30 tepat tiba di Stasiun Pasar Turi. Yang disukai setiap stasiun jarak jauh terlebih daerah Jawa adalah bangunan khasnya, yang masih dipertahankan hingga sekarang.
Stasiun ini merupakan tempat keberangkatan utama semua kereta api dari kota Surabaya yang melewati jalur Pantura (Surabaya - Bojonegoro - Cepu - Semarang - Cirebon - Jakarta), sedangkan kereta api jalur selatan maupun timur dari kota Surabaya diberangkatkan dari Stasiun Surabaya Gubeng.
Nama “Pasar Turi” diperoleh karena dahulu di sekitar stasiun ini terdapat sebuah pasar yang kebanyakan pedagangnya adalah pedagang bunga turi yang biasa dijadikan ‘lalapan’ sambel pecel. Jadi kepingin makan pecel khas Surabaya.
Sayangnya pas keluar Stasiun Pasar Turi tidak ditemukan nih penjual pecel. Dan tau gak walaupun sudah pukul 16;30 Matahari yang menyinari wilayah Surabaya full banget panas sama seperti jam 12nya daerah Jakarta. Akhirya lanjut menuju hotel untuk istirahat dan besoknya kita akan explore pelabuhan Tanjung Perak.
Hari kedua,,
Pelabuhan Tanjung Perak Terbesar ke-2 di Indonesia
Kalau dengar kata pelabuhan pasti identik dengan kapal besar, yaiyalah pastinya,,, Walaupun selama pandemi ini jarang sekali kapal yang bersandar. Tapi saat ini untuk perjalanan dengan kapal sudah dipermudah sama halnya dengan transportasi publik lainnya, menjalankan protokol kesehatan dan ada kemudahan jika tidak punya aplikasi pelindungi yaitu harus mempunyai kartu kuning yang didapati dari pelabuhan sebelumnya yang namanya Kartu Kewaspadaan Kesehatan dari Kementrian Kesehatan RI.
Penumpang yang baru turun dari Kapal Niki Sae |
Waktu itu ada kapal Niki Sae dari Banjarmasin yang menurunkan penumpang, di Terminal Gapura Surya Nusantara (GSN) dengan tertib penumpang yang keluar dibatasi, diperiksa kelengkapannya oleh petugas.
Kapal Pelni KM Nggapulu |
Juga ada kapal Pelni KM Nggapulu dari Tanjung Priok transit Tanjung Perak dan akan menuju Makassar pukul 4 Sore. mengangkut orang dan barang.
Sementara di Terminal Jamrud (Terminal Peti Kemas) ada Kapal Tol Laut yang sedang bersandar dan akan mulai berangkat pukul 4 sore esok harinya yang tentunya untuk mengantarkan keperluan bahan logistik ke beberapa daerah.
Kapal Tol Laut |
Jangan tanya tentang udaranya. Benar kata orang-orang kalau Surabaya itu lebih panas dari Jakarta. Sepertinya sunscreen yang saya pakai masih menembus kulit nih. handphone yang saya pegang ikut panas, bibir juga cepat terasa kering. berkali-kali saya mencari tempat yang sedikit teduh untuk mengambil foto dan video.
Bus Damri di Terminal GSN Tanjung Perak
Nah dari pelabuhan, penumpang sangat mudah untuk melanjutkan ke tempat selanjutnya Bus Damri sudah stanby untuk mengantarkan. Biasanya Bus Damri ini akan mengantarkan penumpang dengan tujuan Pelabuhan Tanjung Perak ke Purabaya Terminal Bungurasih atau sebaliknya, dan ada 2 alternatif perjalanan ada bus yang lewat tol ada juga yang tidak kita tinggal pilih nih.
Bus Damri di Pelabuhan Terminal GSN |
Armada yang beroperasi kini hanya sekitar 2 dulu sebelum pandemi bisa sampai 25 an. Semoga cepat pulih ya, agar ritme Bus Damri juga bisa lancar. Nah kemarin Damri ini menunggu kapal yang nanti akan datang pukul 11 malam.
Surabaya North Quay (SBQ)
Setelah puas mengelilingi pelabuhan, istirahat sejenak di lantai 3 Terminal tunggu penumpang Gapura Surya Nusantara milik Pelindo III, disini sambil menikmati hidangan makanan di foodcourt dan bisa menikmati pemandangan kapal, sibuknya para awak kapal di pelabuhan.
Disarankan untuk datang kesini sore hari sambil menikmati sunset, dan deburan ombak di laut serta lampu-lampu kapal yang menjadikan suasana lebih hangat dan romantis tentunya.
Awalnya setelah eksplore pelabuhan rencana pergi ke museum Sampoerna dan Museum Kapal Selam tetapi tiba disana semua belum dibuka untuk umum.
Surabaya North Quay |
Akhirnya memutuskan untuk ke salah satu cagar budaya yaitu Tugu 0 km yang terletak di depan kantor Gubernur Surabaya. Dan hari ke-2 Surabaya ditutup untuk foto disini. Kembali ke hotel untuk besok ekpolere menggunakan Bus Suroboyo yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar dan terkoneksi dengan beberapa tempat wisata.
Hari ketiga,,,
Bus Suraboyo Konektivitas Transportasi Surabaya
Tepat pukul 08;00 pagi kami sudah tiba di Park & Ride Mayjend Sungkono Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk naik Bus Suroboyo. Bus Suroboyo ini hampir mirip dengan TransJakarta, hanya yang bikin beda selain e-money pembayaran bisa dilakukan dengan botol bekas air mineral
Disini penumpang bisa memilih 3 botol bekas air mineral ukuran 1 lt 3 buah, ukuran 600ml ; 5 buah dan ukuran gelas kecil 10 buah. Ada tempat sampah yang disediakan. Oh iya ada juga Bus Suroboyo yang didalam sudah ada mesin press plastik jadi ketika penumpang naik bisa langsung memasukan botol bekasnya kedalam mesin press.
Bus Suroboyo tersedia charger |
Unik pastinya mudah-mudah bisa diikuti kota lainnya termasuk Jakarta, agar masyarakatnya bisa teredukasi memilah sampah. Nah akhir tahun nanti akan ada juga Bus dari Kemenhub yang akan beroperasi disini.
Wisata Perahu Kalimas
Setelah keliling kota Surabaya kami turun di halte dekat Taman Prestasi, untuk menuju Wisata Perahu Kalimas. Konon wisata ini menjadi favorit karena tiketnya cukup murah hanya Rp 4 ribu. Sebelum pandemi antrian cukup padat, hampir ratusan orang. Setiap harinya. Dan jam-jam ramenya yaitu saat menjelang sore karena bisa memandang lampu-lampu yang ada di pinggir Sungai Kalimas.
Wisata Perahu Kalimas |
Wisata Perahu Kalimas ini juga terkonektivitas ke tempat wisata lainnya, yaitu Taman Prestasi, Museum Pendidikan dan Museum Kapal Selam. Jadi kita bisa minta turun jika ingin berkunjung ke salah satu tempat tersebut. Untuk sementara wisata ini ditutup dikarenakan debit air yang kurang di Sungai Kalimas. Mungkin setelah musim penghujan akan dibuka kembali.
Setelah menikmati Wisata Perahu Kalimas akhirnya kami lanjut makan siang dan rencana akan mengunjungi KenPark wisatanya yang juga menjadi favorit di Surabaya, tapi lanjut ke blog berikutnya, biar teman-teman tidak terlalu panjang bacanya, sudah semakin mudah ya konektivitas transportasi Surabaya ini.
utieadnu
Ya ampuuuun aku suka yg konsep tiket menukar dengan botol plastik :D . Semoga aja bisa banyak ditiru oleh tempat2 di kota lain. Jadikan orang ga sembarangan lagi membuang sampah plastik.
ReplyDeleteAku ke Surabaya itu cuma transit, jadi jujur ga pernah tau kotanya gimana mba. Pengen juga kapan2 bisa ke sana. Yg aku tahu makanannya enak2. Tapi memang sih denger2 cuacanya super hot Yaaa 😅.. aku ga terlalu kuat Ama panas sbnrnya.
Tentang penukaran notol plastik dengan tiket pernah juga baca di postingan salah seorang blogger. Unik nuga caranya ya dlm menjaga kebersihan dan melatih kedisiplinan masyarakat. Membaca urutan cerita di pistingan ini terbangan setada bunda ikut di dalam cerita. Bunda blm pernah ke Surabaya. Jd invin banget merasakan fasilitas transportasi yg menyenangkan selama dlm perjalanan.
ReplyDeleteJadi kangen ke Surabaya, Mak. Dulu pernah ke Surabaya pake kapal laut dari Makassar, juga pernah pakai pesawat. Nama Tanjung Perak akrab banget di telinga karena almarhum om dulu angkatan laut dan tinggalnya dekat Tanjung Perak.
ReplyDeleteMolly taunya tanjung perak itu dari lagunya Joshua pas masih kecil. Belum pernah ke sana beneran. Tar kapan2 deh traveling ke surabaya aamiin
ReplyDeleteOoo bus Damri ternyata bisa nyampai Tanjung Perak to? Selama ini naik Damri cuma dr bandara ke Bungurasih hehe udah mayan deket rumah
ReplyDeleteDah lama banget kalau mudik jarang naik angkutan umum
Sebenarnya malah yang aku kangenin dr Sby tu angkotnya, cuma kyknya skrng makin tesingkir.
Bus Damri tu kata temenku jg paling enak jg utk ke tengah kota dulu, tp gak nyangka bisa nyampek Tj. Perak rutenya TFS
Lah aku jadi ingat meskipun kampung suami di Surabaya tapi nyaris belum pernah naik kereta api, kadang aku suka penasaran pingin liat stasiun pasar turi tapi lagi-lagi suami lebih suka lewat darat, soalnya bisa lanjut nengok saudara-saudaranya di kota Jawa Timur lainnya. Keren ya sekarang Konektivitas transportasi umumnya, ngak susah lagi kalau mau travelling.
ReplyDeleteNggak pernah keretaan lagii nih mba Utii. Aku semenjak pandemik. Kangeeen ih. Ikuut dong 😍😍 Surabaya panas ya bener, aku belum pernah ke Surabaya. Pengin ih. Pecel manaaa peceel. Dan sekarang kereta udah 8 jam aja, ini belum nyobain ih. Mudah banget sekarang ya transportasi di sana. Siapin sunscreen ah, eh tikeeet
ReplyDeleteWah menyenangkan sekali perjalanan mba Utie. DUh jadi kangen Surabaya. Btw mba, untuk kursi duduk di kereta masih berjarak kah karena hanya 70% saja yang terisi?
ReplyDeleteYa Allah, kak Utie..
ReplyDeleteAku jadi pengen pulkam nih.. Aku bahkan yang orang Surabaya, baru 2 kali ke Pelabuhan. Dan iya, salah satunya cuma pengen nunjukin anak-anak aktivitas di Pelabuhan melalui North Quay yang ujung-ujungnya adalah pepotoan dan makan kuliner Suroboyo.
Kagen, rek..
Wah, saya ke Surabaya, paling ke terminal bungurasih atau stasiun pasar turi aja, numpang lewat. Lihat kapal besar dan cerita tentang Tanjung perak disini, jadi kepingin lihat ke sana juga.
ReplyDeleteAduh, kapan di sini kayak begini jugaa. Nuker tiket pake botol plastik. Kalo ad begini aku kan jd semangat nabung plastik bener2. *suka pamrih anaknya ya. Haha.
ReplyDeleteutiiiieeeee foto fotonya kok bisa bagus bagus banget sih! Gemes deh kalo liat foto foto Utie ini
ReplyDeletedengan tone warna seragam, dan angle yang juga tepat!
agak sanaan lagi ketemu aku mak situbondo ahhahahaha
ReplyDeletepuanas mentereng emang di jatim
surabaya emang super enak bisa kemana2
yang sedih ya yang di desa gini ke surabaya 8 jam huhu
kangen ke surabayaaa
Mbaak kok seru banget sih! aku jadi pengen deh begini sama anak sulungku. kebetulan dia pecinta transportasi, dan aku ga kepikiran buat mengunjungi pelabuhan dan bahkan baru tau tentang SBQ! aku save ya mbaa
ReplyDeleteBelum pernah ke Surabaya huhuhu. Eh pernah sih, numpang transit doang tiap ke Makassar. Eh tapi itu bandaranya bukan di Surabaya yaa, tapi Sidoarjo. Beneran belum pernah ke sana dong jadinya.
ReplyDeletesaya juga dan keluarga tidak mentargetkan kota surabaya sih buat jejalan, tapi malah Malang, tapi balik lagi saya dan suami ke suabaya karena perjalanan dinas, hehehe
ReplyDeleteSelamat datang di Surabaya. Kebetulan Mbak datang ke Surabaya pas puncak musim kemarau saat jarak matahari paling dekat dengan Surabaya. Just kidding. Ini hanya guyonan warga Surabaya. Puncak musim kemarau memang puanas di Surabaya. Baca artikel ini saya bangga jadi warga Surabaya. Semoga sempat mencicipi nasi bebek. Surabaya terkenal sebagai surganya para penggemar bebek goreng.
ReplyDeleteAstagaaa, udah berapa tahun ya aku ga ke Surabaya, udah banyak banget sekarang alternatif angkutannya. Btw, Surabaya emang panas banget mba kotanya, bener lebih panas dibanding Jakarta ��
ReplyDeleteMasyaAllah Mbak Utie, edisi jejalanan jelajah Surabayanya bikin saya auto melting. Saya kangeeen blusukan di Surabaya seperti ini, so long time tidak menikmati mbolag di Surabaya. Kebalikan dari Mbak Utie, bagi saya Surabaya selalu mengundang rindu karena sebagian perjalanan hidup saya yang penuh kesan ada di Surabaya. Hopefully, someday bisa napak tilas di Suarabaya Seperti Mbak Utie ini
ReplyDeleteMantap banget, bisa mengeksplorasi berbagai macam moda transportasi di surabaya... Ternyata seru ya...
ReplyDeleteSaya terakhir ke surabaya udah lama banget itu juga enggak ke mana-mana... Mudah-mudahan kapan-kapan bisa ke sana lagi...
menyenangkan sekali nih kalau udah eksplor alam, apalagi kalau transportasi surabayanya lancar hehe
ReplyDeleteWah, seneng banget ya bisa jalan-jalan ke SUrabaya dan eksplore daerah sana selama itu. Pasti bakal dapat banyak pengalaman dan konten yang menarik ya, Mak
ReplyDeleteAku ke Surabaya 4 tahun yang lalu pas ke bromo jadi rindu pengen kesana lagi deh sama keluarga. Dulu sama teman2 travelling
ReplyDeletedulu waktu masih sd sempat beberapa kali ke Surabaya ini sebagai kota persinggahan waktu ayah sekolah di Bandung. terakhir kali ke Surabaya itu sekitar tahun 2011 waktu ada nikahan teman di sana tapi jalan-jalannya malah ke Malang. hihi
ReplyDelete